Sabtu, 04 Agustus 2012

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP BUDAYA ORGANISASI



a. Pengertian.

Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).  Kebudayaan dapat nampak dalam bentuk perilaku organisasi yang direfleksikan dalam sikap dan tindakan dengan ciri yang menonjol adalah adanya nilai-nilai yang dipersepsi, dirasakan,  dan dilakukan.
Cibson (1996 :76) mendefinisikan sebagai berikut :
a. Mempelajari ; seperti observasi, pengalaman
b. Saling berbagi ; bisa di masyarakat, keluarga dll.
c. Transgenerasi ; kebiasaan yang diberikan dikeluarga, organisasi
d. Persepsi pengaruh ; seperti bagaimana seseorang menilai dunia
e. Adaptasi

Kotter and Heslett (1997 : 5) mengungkapkan bahwa Budaya Organisasi muncul dalam dua tingkatan yaitu yang kurang terlihat berupa nilai-nilai yang dianut oleh anggota kelompok yang cenderung bertahan meskipun anggotanya sudah diganti. Karena nilai-nilai yang sukar berubah terkadang tidak disadari. Tingkatan yang lebih terlihat berupa pola gaya perilaku organisasi, dimana orang yang baru masuk terdorong untuk mengikutinya.

Robbins C (1989 : 467 – 468) memberikan sepuluh karakteristik sebagai pembeda Budaya Organisasi, yaitu :
1) Inisatif individu. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang dipunyai individu.
2) Toleransi terhadap tindakan beresiko. Sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko.

3) Arah. Sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.
4) Integrasi. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara terkoordinasi.
5) Dukungan dari manajemen. Tingkat sejauh mana para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6) Kontrol. Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7) Identitas. Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompo kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional.
8) Sistem imbalan. Tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misalnya kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas criteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari seniorita, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9) Pola-pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh khirarki kewenangan formal.

b. Fungsi

b. Fungsi-fungsi budaya

Budaya memiliki sejumlah fungsi dalam organisasi.[2]

Batas

Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.[2]

Identitas

Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.[2]

Komitmen

Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.[2]

Stabilitas

Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.[2]

Pembentuk sikap dan perilaku

Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.[2] Fungsi terakhir inilah yang paling menarik[10]. Sebagaimana dijelaskan oleh kutipan berikut, budaya mendefinisikan aturan main:
Dalam definisinya, bersifat samar, tanmaujud, implisit, dan begitu adanya. Tetapi, setiap organisasi mengembangkan sekmpulan inti yang berisi asumsi, pemahaman, dan aturan-aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari di tempat kerja... Hingga para pendatang baru mempelajari aturan, mereka tidak diterima sebagai anggota penuh organisasi. Pelanggaran aturan oleh pihak eksekutif tinggi atau karyawan lini depan membuat publik luas tidak senang dan memberi mereka hukuman yang berat. Ketaatan pada aturan menjadi basis utama bagi pemberian imbalan dan mobilitas ke atas.[11]

Budaya sebagai beban

Hambatan untuk perubahan

Budaya menjadi kendala manakala nilai-nilai yang dimiliki bersama tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dapat meningkatkan efektivitas organisasi.[2] Hal ini paling mungkin terjadi bila lingkungan sebuah organisasi bersifat dinamis[2]
  • Hambatan bagi keragaman. Merekrut karyawan baru yang, karena faktor ras, usia, jenis kelamin, ketidakmampuan, atau perbedaan-perbedaan lain, tidak sama dengan mayoritas anggota organisasi lain akan menciptakan sebuah paradoks.[12]
  • Hambatan bagi akuisisi dan merger. Secara historis, faktor kunci yang diperhatikan manajemen ketika membuat keputusan akuisisi atau merger terkait dengan isu keuntungan finansial atau sinergi produk.[2] Belakangan ini, kesesuaian budaya juga menjadi fokus utama.
Sumber :   http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi#Fungsi-fungsi_budaya

c. Pengaruh teknologi terhadap kreatifitas individu maupun team


Peperangan yang berkepanjangan ternyata malah meberikan dampak kretaif bagi para pengembang teknologi. Tidak terkecuail negara-negara besar yang memang memiliki kekuatan untuk memberikan support terhadap aktivitas tersebut.
Amerika Serikat yang merupakan Negara yang gemar berperang, mengembangkan dan bahkan telah meluncurkan robot terbarunya yang rencananya akan diterjunkan di medan pertempuran. Robot “monster” berjuluk BigDog ini telah siap diluncurkan ke medan pertempuran di wilayah konflik Afghanistan.
Robot yang tampak seram ini memang memiliki beberapa keunggulan. Big Dog yang tampak garang dengan empat kakinya, dirancang khusus untuk menjelajahi medan yang berbahaya. Menurut Boston Dinamics, selaku pembuatnya, BigDog mampu berlari sekitar 4 mil perjam, bisa berjalan pelan, dan bahkan bisa mendaki lereng dengan kemiringan hingga 350.
Dikutip  dari dari FoxNews, Selasa (24/3/2009), kaki metal BigDog dibuat dengan bentuk yang mirip kaki binatang dan bisa menyerap kejut dengan baik. Otak robot berupa komputer yang dibekali sensor sehingga diklaim dapat menyesuaikan diri secara mandiri dengan kondisi sekitar. Namun BigDog tampaknya tidak dipersiapkan untuk melakukan serangan terhadap musuh, karena robot tersebut tidak dibekali dengan senjata. Hanya saja, BigDog akan digunakan sebagai pengangkut peralatan militer dengan beban hingga 150 kilogram dengan melewati wilayah-wilayah berbahaya atau juga untuk melakukan pengintaian terhadap musuh.
Tampaknya selain pendidikan teknologi, para ilmuwan dan pengembang seharusnya mendapatkan pendidikan moral, sehingga korban perkembangan teknologi yang seolah disalahgunakan tersebut mampu di minimalkan  
SUMBER : http://kabarit.com/2009/03/dampak-kreativitas-teknologi/

pondok cabe, 26 Juni 2012 pukul 10.02 WIB